Tepatnya kemarin malam (8/9) lapangan Kelurahan Tamanan, Kota Kediri dipenuhi oleh warga Kediri dan sekitarnya. Hal ini disinyalir oleh aksi para pendekar yang berlaga dalam arena seni bela diri Pencak Dor. Antusias jelas terpancar dari wajah para penonton yang hadir dalam gelaran Pencak Dor yang diikuti kurang lebih serratus pendekar dari wilayah Kota Kediri dan sekitarnya seperti Nganjuk, Tulungagung, Ponorogo dan Blitar.
Pencak Dor sendiri merupakan salah satu seni bela diri yang sering dimainkan oleh para santri di kalangan pondok pesantren. Namun saat ini tidak hanya para santri yang memainkannya melainkan juga masyarakat umum yang memiliki ketertarikan terhadap seni bela diri ini juga mulai banyak bermunculan. Kesenian ini sudah sepatutnya di lestarikan dan dijaga. Melalui gelaran semacam ini dapat terus menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tetap menguri-uri budaya daerahnya.
Gelaran yang awalnya akan dilaksanakan di Lapangan Gajah Mada, Kecamatan Pesantren dan kemudian di alihkan ke lapangan Kelurahan Tamanan dengan alasan keamanan ini di helat sebagai bentuk peran aktif pemerintah Kota Kediri untuk terus berupaya menjaga, serta melestarikan kesenian ini. Tidak hanya itu, acara yang dibuka langsung oleh Bapak Wali Kota Kediri, H. Abdullah Abu Bakar, SE. ini sekaligus juga untuk memperingati hari jadi Kota Kediri yang ke 1139.
Selama acara berlangsung, para pendekar yang berlaga mempersembahkan performa terbaiknya. Rasa optimis, penuh percaya diri, dan semangat berapi-api tergambar jelas dari raut wajah mereka yang diikuti dengan jurus-jurus andalan yang dilayangkan untuk menjatuhkan rivalnya. Sorak-sorai penonton yang memberikan semangat dan dukungan kepada para jagoanya semakin menambah riuhnya suasana. Walaupun demikian, hal ini bukan menjadi alasan bagi mereka untuk mencari lawan, justru ajang bagi mereka untuk menambah kawan serta menjadi salah satu kegiatan sosial untuk menjaga tali silaturahim.
Muhamad Mukhlis (ketua panitia) saat ditemui di lokasi acara, menyampaikan bahwa memang diatas arena mereka saling bertarung, namun ketika dibawah panggung mereka saling berjabat tangan serta menjadi kawan, “istilahnya, diatas kita lawan, dibawah kita kawan.” tambahnya. Hal ini merupakan bentuk sportifitas para pemain yang dapat dijadikan pembelajaran oleh masyarakat luas. Lebih dari itu, ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini memiliki misi untuk memberikan pemahaman bahwa jiwa seorang laki-laki sejati dan tangguh adalah bagi mereka yang tidak melakukan tawuran dijalanan, alih-alih membawa manfaat, hal tersebut malah akan merugikan banyak pihak.